“… saya dengan tulus hati menyampaikan bahwa “dibalik sukses seorang tokoh tersembunyi peran dua perempuan yang amat menentukan yaitu ibu dan isteri saya.”
(B.J.Habibie)
“Ainun
dan saya bernaung di bawah cinta milik-Mu ini dipatri menjadi MANUNGGAL
sepanjang masa. Hanya dengan tatapan mata saja tanpa berbicara sering dapat
berkomunikasi langsung dan mengerti isi hati dan kehendak kami”
(B.J.Habibie)
Kutipan Kata-Kata dalam Buku Habibie dan Ainun
Penampilan, wajahnya, senyumnya, senantiasa mengilhami, menjadikan
sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin“, (halaman
110).
Ainun
selalu mandiri dan tidak pernah mengeluh dan menggangu pekerjaan saya. Seberat
apapun pekerjaannya, ia selalu memberi senyumannya yang menenangkan saya dan
selalu kurindukan sepanjang masa," kenang Habibie (halaman 120)
“Saya belajar menggunakan
waktu secara maksimal sehingga semuanya dapat terselesaikan dengan baik
mengatur menu makanan murah tapi sehat, membersihkan rumah, menjahit pakaian,
melakukan permainan edukatif dengan anak, menjaga suami, membuat suasana rumah
yang nyaman, pendeknya semuanya yang harus dilakukan agar suami dapat
memusatkan perhatiannya pada tugas-tugasnya. Saya belajar tidak menganggu
konsentrasinya dengan persoalan-persoalan rumah.”
“Dan ternyata hidup pas-pasan begitu ada kebahagiaannya tersendiri : kami bertiga semakin erat. Erat dalam perasaan, erat dalam pikiran. Kami bersua suami-isteri dapat menghayati pikiran dan perasaan masing-masing tanpa bicara. Malah antara kami berdua terbentuk komunikasi tanpa bicara semacam telepati. Tanpa diberitahu sebelumnya, seringkali karena tidak sempat, kami masing-masing dengan sendirinya melakukan tepat sesuatu yang diinginkan lainnya. Saya membuat masakan yang persis saya butuhkan tetapi lupa untuk menitipkan padanya sewaktu berangkat pagi. Hidup berat tapi manis.”
“Saya bahagia malam-malam hari berdua di kamar : dia sibuk diantara kertas-kertasnya yang berserakan di tempat tidur, saya menjahit, membaca atau berbuat lainnya. Saya terharu melihat ia pun banyak membantu tanpa diminta : mencuci piring, mencuci popok bayi yang ada isinya.” (Habibie & Ainun : 38)
“Dan ternyata hidup pas-pasan begitu ada kebahagiaannya tersendiri : kami bertiga semakin erat. Erat dalam perasaan, erat dalam pikiran. Kami bersua suami-isteri dapat menghayati pikiran dan perasaan masing-masing tanpa bicara. Malah antara kami berdua terbentuk komunikasi tanpa bicara semacam telepati. Tanpa diberitahu sebelumnya, seringkali karena tidak sempat, kami masing-masing dengan sendirinya melakukan tepat sesuatu yang diinginkan lainnya. Saya membuat masakan yang persis saya butuhkan tetapi lupa untuk menitipkan padanya sewaktu berangkat pagi. Hidup berat tapi manis.”
“Saya bahagia malam-malam hari berdua di kamar : dia sibuk diantara kertas-kertasnya yang berserakan di tempat tidur, saya menjahit, membaca atau berbuat lainnya. Saya terharu melihat ia pun banyak membantu tanpa diminta : mencuci piring, mencuci popok bayi yang ada isinya.” (Habibie & Ainun : 38)
Ainun biasanya bekerja
mandiri, konsisten, kuat, religius, pejuang, merakyat, berusaha belajar dari
proses membangun keluarganya menjadi keluarga sakinah yang berakar pada nilai
agama dan nilai budaya yang dikalbui oleh cinta yang murni, suci, sejati,
sempurna dan abadi, tulus dan ikhlas. ( Habibie & Ainun :
64-65)
“Memang: tuntutannya banyak. Terhadap isteri. Terhadap anak. Terhadap anak buahnya. Ia ingin mencapai yang setinggi-tingginya. Dia memberikan segalanya dan menuntut segalanya. Dia memberi dan menuntut secara mutlak. Begitulah sifatnya. Itulah yang membuat hidup dengannya tidak mudah.”
“Tetapi ia juga memberi secara mutlak, semua yang ada padanya diberikannya pada anak-isterinya: impian-impiannya, kepandaiannya, semangatnya, marahnya, kekecewaannya, perhatiannya, kesehatannya, pengorbanannya. Di dalam segala kehebatannya ia sangat peka: perhatian kami, pengertian kami, dukungan kami, baginya segala-galanya. Itulah yang membuat semuanya ada gunanya.” (Habibie & Ainun : 64)
Ia selalu mengingatkan saya untuk
beristirahat, jika melihat saya kelelahan bekerja, sebelum ia sendiri masuk ke
kamar tidur. Tetapi beberapa saat kemudian, jika saya belum juga beranjak dari
meja kerja saya, Ainun bangun lagi dan mengingatkan bahwa saya harus istirahat,
karena sudah larut malam saya harus istirahat, karena sudah larut malam saya
harus menjaga kesehatan. (Habibie & Ainun : 184)
“Kehidupanmu dengan Ainun
selalu mesra dan menyenangkan untuk siapa saja. Tiap hari shalat 5 kali,
berpuasa bersama Ainun tiap hari Senin dan Kamis. Bekerja keras tidak pernah
mengeluh atau membuat persoalan yang menganggu berkembangnya keluarga sakinah
sesuai ajaran Al-Qur’an. Hidup dan perilaku Habibie dan Ainun selalu
mencerminkan keseimbangan antara Iptek dan Imtak.” (statement
Pak Harto dalam Habibie & Ainun : 141)
semoga kita para generasi muda..dapat mencotoh apa yg eyang Habibie & Ainun lakukan...
BalasHapus